Selamat Datang di Cerita Masa Remaja Mutiara Dasar Samudra
Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Jumat, 31 Januari 2014

Puisi Bebas



DO’A

5 September 2010
Ketika kebenaran adalah hampa
Maka sesungguhnya dosa telah melambung
Bagai GVBB dalam fisika
Yang tak memunculkan secercah rumus
Namun entah kapan kan turun karena grafitasi
Bukan grafitasi untuk hukum Allah
Yang di ungkap eyang Newton
Entah apa, tapi itulah
Mungkin kejahanaman neraka adalah ujungnya
Bukan.... Bukan....Bukan....
Pasti,itu pasti
Tuhan... ampuni bangsa ini dari bencana
Maknai negeri ini bersama damai dan pahala
Jangan biarkan dosa tertawa
Untuk pahala yang berburaikan darah
Do’a ku padaMu


Pasir, Namanya

31 Januari 2009
Ku ukir indah namanya pada diri mu
Kala laut menyapumu
Ku tulis kembali mananya pada dirimu pula
Ku pandang, ku tersenyum dan ku bahagia
Berduyun-duyun air menyapa mu
Mengahapus namanya dari sirimu
Tak henti ku goreskan pedangku
Mengenang namanya
Ia yang kini tinggalkanku
Entah sampai kapan
Aku tak tahu,ku tak berani menduga
Walau harap masih di dada
Mungkin...... ia kan pergi tuk selamanya
Ku jauh pergi dari ibumu
Lautan yang mencabik-cabik
Daku kenang namanya di hatimu
Pasir......
Jagalah namanya
Jangan hapus namanya dari dirimu
Bantu aku menjaga

 
Lebah

 16 Mei 2009
Saat hati ini telah putih
Dari hitamnya cintamu
Kau jumpaiku lagi
Kau siramluka ini dengan garam
Dengan cerita kisah cintamu
Bersama domba betina itu
Kau membuat bunga indah ini layu
Seakan menggugurkan daunnya

Wahai kau lebah
Mengapa kau bunuh bunga ini
Pelan tapi pasti
Demi domba betinamu
  

Pluto

10 September 2009
Betapa terngiang
Saat hatimu jujur pada merkurius
Tentang semua rasa yang teralami
Cinta dan sayang yang terpendam
Rasa mentari yang tak dimengerti
Membuatnya menyamadengankan rasa
        Setelah beberapa derajat
        Jarum jam berefolusi
        Sang mentari sadar, ia.....
        Tak pernah menyayangi
        Bahkan mencintai
        Sebongkah pluto
  




Dusta Cinta

20 April 2010
Tatkala cinta adalah dusta
Berarti ilusi bayangan semata
Tiada pernah nikmati abadi
Langkah kecil susuri tebing
Jatuh terperangah dalam risau jurang
Nestapa
Hanya penyesalan bungkai terindah
Mudahnya nasi menjadi bubur
Tak sebisa bubur menjadi nasi
Itu takkan pernah
Hanya kemustahilan terbahak
Hukum alam adalah kemutlakan Ilahi
Tiada makhluk mampu melawan
 

Kepalsuan Politik

3 Agustus 2010
Visi dan Misi
Hanya janji-janji angin
Terlalu banyak omongan
Terlalu kenyang kebohongan
Mencuat dari bibir tanpa jawab
Tiada guna bagi manusia

Kebisuan adalah kemuliaan
Tindakan adalah keutamaan
Bukan kebutaan bibir yang kami makan
Bukan pula kemunafikan kami perjuangkan
Hanya kesigapan dan kejujuran politik
Adalah senyum kami

Kepalsuan bukan politik, tapi
Politik adalah kepalsuan


Mati Lagi

3 Agustus 2010
Ketika berada di antara batas kehidupan
Rasakan betapa pedihnya awalsebuah kematian
Mendapati untaian berlian dosa
Nan terselip debu pahala
Silau menyayat perih
Tiada terjaga darah terburai
Melepukkan kedua pipi bangkai
Ingin rasa meronta
Hanya bibir erat terkunci
Sesal menyelimuti tenggorokan
Sesaknya kepengapan
Memburai rangkaian sesal
Ingin rasa mati lagi


Hanyalah Terikat

20 Januari 2007
Titipan adalah amanah
Amanah haruslah terlindung bergandeng jaga
Tiada terjaga bermakna dosa
Dosa berbuah neraka menjilat
Sungguh betapa besar kusa Tuhan

Hidup ini hanyalah titipan
Ketika masa Tuhan kan mengambilnya
Menjaga kerunia Tuhan adalah makna terindah
Merawat titipanNya yaitu surga

Sombong hanyalah milik setan
Ketika pamer adalah sombong
Memberi di muka jugalah pamer
Betapa banyak catatan infak
Dimana keikhlasan?

Semua terikat dalam suatu makna
Hanya jalanNyalah Surga terindah


Menanti Kematian

28 Januari 2007
Menunggu termenung tanpa kawan
Menngusir sejuta lawan
Menapaki jalan-jalan berbatu
Di hamparan bimi nan betapa luas ini
Hanya untuk menanti kematian
Menunggu malaikat Isroil datang
Memisahkan raga dan jiwa
Beradal awal kan rasa
Kematian adalah awal kehidupan
        Bila kematian menjemput ubun-ubun
        Penyesalan menyedak tenggorokan
        Betapa banyak dosa tergores
Tanpa menitikkan secercah amal
        Hanya surga dan neraka yang patut tuk jadi balas


Senandung

29 Maret 2009
Hati bernyanyi mengikuti senendung alam
Berdesis angin menyapu tellinga
Membuatku mengerti kala alam tertawa
Bahagia senyum memekar jiwa

Tangis terburai hati bersedih
Menyimak senandung alam brutal
Berirama tanpa tangga nada
Mungkin ia tengah bersedih
Kupikir pasti
Melihat ulah manusia membangkang Tuhan

Kau berikan kedamaian hati
Bersamamu aku gembira
Dengan mu pun aku bersedih
Hanya secercah inginku bahagia bersamamu

Tertimpa Merapi

5 November 2010
Perlahan suara gemericik membentur genting beku
Dimalam lampu benderang
Ach...hujan turun
Hanya benak berfikir
Kusibak kembali selimut menutup dingin
Erat kupeluk guling, terpejam mata

Masih terlalu pagi ku terbangun
Rasa hati ingin melahap kasur
Tapi....
Ku bukka jendela kayu
Subhanallah, semua putih abu-abu
Dedaunan bersujud ditemani ranting-ranting
Wangi belerang menyayat sesak nafas
Merisaukan rambut kumal
Menggelitik kulit tubuh kusam
Menyamarkan jarak mata
Nenek tua menangis di sebelah kebun
Meratapi rumah tertimpa merapi
Abu merapi bersama batang-batang bambu
Akupun merintih dalam hati



Tresno Setyawati

Ing sak ngisor suruping sasangka
Kok tepangake Narasama ing tyas Setya Wati kanti impi
Sekar tresno tibo marang kaloro
Kanti tibane janur kuning ngiyupi
Dinokang endah ora surup katon inten barlean

Wewangenan asmara sumribit ora pedot
Kaloro katalen kanti janji suci
Ora ana gegaman kang bisa medot tresno
Raket katon amplop lan prangko

Tresnokang mung kanggo siji
Ora kabagi sanajan sakkedeping netra
Tansah padang ing petenging wengi
Tresno kang ara ana pati ing kalbu
Sanajan wutahing nyawa ing palagan Truna Setra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar