Jalan – Jalan Bareng
Jalan -jalan adalah hobby yang bisa dibilang
menurun dari kedua orang tua ku. Mereka berdua adalah orang yang suka
jalan-jalan, apa lagi waktu liburan tiba. Walupun telah berulang kali tempat
tersebut dikujungi, tapi tetap saja di ulang dan di putar-putar, tapi itu dulu
waktu aku sebelum jadi mahasiswa. Mungkin mereka juga ingat umur, hehehe... Kai
ini giliranku untuk bertualang, biar terkesan sok-sokan tapi biarlah...
Berikut ini adalah tempat-tempat yang pernah
aku kunjungi di sela-sela hiruk pikuk lalu lintas Purworejo. haha apa hubungannya??. Liat aja yang aku pamerkan foto ku. Ngak semua tempat sih, tapi... semoga bermanfaat buat
teman-teman...
Hari Minggu... wiiihhh enaknya kumpul sama
keluarga setelah seminggu bolak-balik kampus-rumah. Tapi... hari Minggu, 15
November 2011 ini beda, sesuai program dari HIMAPMA aku dan teman-teman ikutan
Makrab di Benteng Van Der Wijck, Gombong, Kebumen katanya sih biar akrab gitu,
maklum anak baru, masih polos. Kami berangkat dari kampus dengan naik bus yang
telah disediakan panitia. Yaaa...karena takut mabok, aku tidur jadi gak tau
dech jalanya. heehee..
Sekitar 2 jam perjalanan, akhirnya kami
sampai di tempat tujuan. Sesampainya disana kami berkumpul di Aula dan ikut meramaikan
pensi yag disuguhkan oleh setiap kelompok. Selanjutnya..aku masih ngantuk tapi
makanan dateng. Habis makan kita ikutan out door didalam benteng. Walaupun
sedikit serem, tapiii asik juga koh.
Sekilas tenteng Benteng Van Der Wijck
Benteng Van Der Wijck
adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun pada abad ke 18. Benteng ini memiliki
bagian atas dan bawah benteng, bagian atasbenteng tersebut memiliki luas
sekitar 3606,625 m2 dan benteng bawah
3606,625 m2. Benteng ini memiliki tinggi 9,67 m, ditambang cerobong
3,33 m. Pada benteng tersebut terdapat 16 barak dengan ukuran masing-masing 7,5
x 11,32 m. Jika dilihat dari permukaan laut memiliki ketinggian lebih dari
132,7 dpl. Benteng ini terletak di 4 km utara Gombong, sekitar 35 km sebelah barat dari Ibukota kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, 18 km Barat Kota
Karanganyar, atau 100
km dari Candi
Borobudur, Magelang.
Nama benteng ini diambil dari Van Der Wijck, yang dimungkinkan
adalah nama komandan pada saat itu. Nama benteng ini terpampang pada pintu
sebelah kanan. Benteng ini kadang dihubungkan dengan nama Frans David Cochius
(1787-1876), seorang Jenderal yang bertugas di daerah barat Bagelen yang namanya juga
diabadikan menjadi nama Benteng Generaal Cochius.
Benteng ini merupakan benteng persegi delapan satu-satunya di indonesia.
Pantai Jatimalang
(14
November 2011)
Haaa... habis main kerumah temen di Desa lupa aku dan
ketiga temanku main ke Pantai Jatimalang. Pantai ini merupakan obyek pariwisata
ini terletak di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo yang berjarak
±18 Km dari pusat Kota
Purworejo. Obyek wisata Pantai Jatimalang merupakan obyek wisata alam dengan perpaduan
antara hamparan rawa/tambak dan keindahan Pantai Laut Selatan dengan pesona
ombak yang cukup besar karena berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.
Obyek wisata ini telah dilengkapi beberapa sarana
prasarana seperti jalan hotmix sampai tepi pantai, bangunan gasebo, hiburan
café, karaoke, kolam pemancingan, kolam renang anak dan tentunya wisata kuliner
laut berjajar disana. O iya pantai Jatimalang juga merupakan pelabuhan bagi
melayan tradisaonal untuk menyandarkan kapalnya usai melaut pada malam hari dan
lahan pelelangan ikan pertama usai turun dari kapal. Informasi yang aku terima
beberapa waktu lalu, nelayan di sanan paling banyak turun dari melaut pada hari
Kamis dan Minggu pada tengah hari, jadi buat teman-teman yang pengen beli ikan
segar yang benar segarnya bisa dipertimbangkan.
Perjalanan ke pantai tersebut memakan waktu ±40 menit dengan motor
kecepatan sedang dari pusat kota. Sesampainya dijalan Daendles, ada plang
penunjuk ke Pantai Jatimalang. Setelah melewati Desa Jatimalang kita akan
menemukan makam yang katanya makam terpanjang di kabupaten Purworejo di sisi
kiri jalan, kita akan menemui hamparan sawah, tambak, kampung, tambak lagi dan
selamat datang di Pantai Jatimalang. Dengan tiket sebesar Rp 4.000,00 kita bisa
sepuasnya main di pantai sampai eksotis.. hehe...
Katanya ni, pantai ini pada tahun 1942 pernah
dijadikan sebagai tempat pendaratan kapal yang mengangkut tentara Jepang. Hal
ini dapat dimungkinkan karena disamping daerahnya sepi, Pantai Jatimalang
sangat mudah dijangkau dan tidak begitu jauh dari pemukiman.
Hari ini adalah hari ulang tahun adikku
tersayang, sebelumnya Selamat Ulang tahun ya adikku sayang... kini kita
berkelana ke Pantai Suwuk. Pantai
Suwuk terletak di desa Suwuk, kecamatan Puring, kabupaten Kebumen, untuk menuju
ke lokasi pantai, banyak jalur alternatif yang dapat digunakan. Jika anda dari
arah Gombong maka dibutuhkan waktu sekitar 45 menit, namun jika anda berasal
dari arah kota Kebumen maka dibutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk menuju
Petanahan dan setengah jam berikutnya menuju Pantai Suwuk. Bagi anda yang
berasal dari arah timur yang kebetulan sedang melintasi jalan selatan-selatan
atau jalan Daendels dari arah Yogyakarta dapat langsung lurus menuju ke Pantai
Suwuk. Kalau aku dan teman-teman karena perjalanan kami mulai dari Gombong (abis
kondangan teman) dilanjutkan mampir ke rumah teman di Kecamatan Puring, jadi
mubazir kalo ngak mampir ke Pantai Suwuk.
Wisata di
Pantai Suwuk ini pada dasarnya tidak berbeda dengan wisata-wisata pantai di
Kebumen. Pantai
suwuk merupakan pantai laut selatan yang langsung menghadap samudera Indonesia.
Pantai ini sejajar dengan pantai-pantai lain yang ada di kabupaten Kebumen
seperti pantai petanahan. Namun, di pantai ini mempunyai suatu kelebihan dengan
dibatasi oleh Sungai Suwuk yang bermuara di pantai Selatan. Selain itu pantai
yang dibatasi oleh pantai karang bolong ini, menyajikan pemandangan pegunungan
kapur yang elok memanjang dari utara sampai selatan, dan berbatasan langsung
dengan pegunungan. Sehingga jika pengunjung duduk di bebatuan pinggir muara
sungai, pengunjung akan dapat melihat pesona pantai dan pemandangan pegunungan
yang indah juga muara sungai yang khas.
Untuk lebih
memanjakan anda, anda dapat menyewa kuda untuk menyisir Pantai Suwuk ini. Usai
menikmati pantai, hal menarik lainnya adalah kita dapat menikmati suasana
santai dengan beberapa sajian makanan khas yang ada di warung-warung sepanjang
pantai. Di pantai ini, selain
disuguhkan pemandangan pantai yang alami, disini juga terdapat beberapa
fasilitas lain untuk menunjang pengembangan dan merangsang minat para
pengunjung Pantai Suwuk seperti adanya kebun binatang dihuni oleh beberapa
jenis burung dan hewan mamalia. Selain itu pada bagian muara sungai yang
terletak disebelah pantai suwuk yang menambah pesona dari pantai ini juga
digunakan para penghobi mancing untuk menyalurkan hobinya.
Geger Manjangan
(13
Februari 2013)
Jalan-jalan
selanjutnya adalah Taman Wisata Geger Menangan yang terletak di Jalan Purworejo-Magelang. Dengan menggunakan sepeda motor
dari pusat kota Purworejo, dengan menempuh waktu kurang lebih 10 menit. Dengan
membayar biaya retribusi sebesar Rp 2.000 / orang, perjalanan dengan menaiki
satu demi satu anak tangga untuk sampai di puncak Geger Menjangan pun dimulai. Terdapat 2 jalan alternatif untuk sampai di
puncak tempat tersebut, yaitu malalui tangga utara dan tangga selatan. Melalui
tangga utara maka kita kan terus menemui tangga dan rerumputan tinggi dan
beberapa pohon yang ditanam warga. Jika kita melalui jalur selatan maka kita
akan menemukan makam Imam Puro di tengah perjalanan yang sering dikunjungi
para peziarah dari berbagai daerah juga sumur
tiban disisi timur jalan yang cukup tersembunyi.
Kali ini untuk menuju puncak, kami memilih jalur
utara, banyak anak tangga yang harus kami lalui, sesekali kami istirahat dan
menikmati seteguk air yang kami bawa. Setelah melakukan pendakian kurang lebih
20 menit perjalanan kami pun sampai di puncak Geger Menjangan. Rasa letih yang
kita alami terasa terbayar oleh keindahan alam yang disajikan di puncak Geger
Menjangan. Di puncak Geger Menjangan kita dapat melihat indahnya kota Purworejo
dari atas bukit, serta keindahan alam seperti persawahan, Sungai Bogowonto yang
terlihat indah dari atas. Di puncang kita akan menemukan gasebo yang kira-kira
berukuran 8 x 6 meter untuk tempat istirahat dan menikmati keindahan yang
disajikan oleh Purworejo.
Karena Adzhan Duhur telah berkumandang, maka kami memutuskan
untuk pulang usai makan, makanan yang kami bawa, kupat tahu..
Pantai Ketawang
(21
Juli 2013)
Edisi jalan-jalan kali ini adalah Patai Ketawang yang
terletak di Desa Harjobinangun dan Ketawang Kecamatan Grabag, Kabupaten
Puworejo terletak sekitar 22 km dari pusat kota Purworejo. Pantai Ketawang
memiliki pesona yang hampir sama dengan Pantai Jatimalang, pasir hitam yang
halus, deburan ombak yang menggelitik mata dan telinga ditambah sedikitnya
pengunjung menambah kebingungan hati untuk berlama-lama disana.
Edisi kali ini adalah edisi nyasar. Hari itu aku dan
kedua temanku diminta dari Kaprodi untuk mengantarkan surat ke SMA Negeri 8
Purworjo yang letaknya belum kami ketahui. Alhasil kita aktifkan JPS (Jaringan
Pikat Suara) alias tanya kesana-kamari. Sesampinya di tempat tujuan utama, kami
berencana untuk menyasarkan diri ke arah selatan, dan alhasil kita ketemu jalan
yang cocok untuk motor tril kira-kira sekitar 2 km. Alhamdulillah sampai juga
kaki menyentuh hamparan pasir dengan belaian debur ombak yang terus menyapa dan
anggin yang keras membelai.
(1
September 2013)
Jembangan Wisata Alam (JWA) merupakan salah satu
kawasan objek wisata yang ada di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Kawasan objek
wisata inididirikan pada tahun 2011 oleh Bupati Kebumen yang baru terpilih
yaitu H.Buyar Winarso, S.E. Kawasan objek wisata JWA menawarkan pemandangan
telaga hijau dengan hutan hijau bersisian di sampingnya, di bagian ujung telaga
ini dimanfaatkan sebagai bendungan air yaitu bendungan Pejengkolan, terusan
pintu air bagian timur dari waduk Wadaslintang yang berada di Kabupaten Kebumen.
Untuk menuju kawasan JWA ini di pintu masuk anda akan dikenai biaya tiket Rp
3000 dan biaya parkir Rp 2000/motor. Kawasan JWA tereletak di desa Jembangan,
Kecamatan Poncowarno, Kabupaten Kebumen. Kecamatan Poncowarno ini merupakan
Kecamatan yang terletak pada dataran tinggi. Kawasan JWA hanya bisa ditempuh
dengan kendaraan pribadi berjarak kurang lebih 20 Km dari Kebumen Kota.
Di dalam kawasan JWA ini terdapat tiga site utama yang
dapat dinikmati oleh pengunjung yaitu Telaga hijau yang bersisian dengan hutan
yang masih alami, Waduk Pejengkolan dan Jembatan Gantung. Untuk berkeliling
menikmati telaga Jembangan yang bersisisan dengan hutan hijau dapat menggunakan
wahana perahu air.
Selain
menawarkan pemandangan telaga hijau yang luas, di kawasan JWA ini juga
menawarkan berbagai wahana untuk belajar atau permainan anak-anak seperti
Jembangan Fantasy Zoo, Wahana permainan anak dan Perahu air. Jembangan Fantasy Zoo merupakan wahana belajar
satwa bagi anak. Di wahana ini tersedia berbagai satwa yang sengaja didatangkan
dari Kabupaten seperti aneka burung, gajah, kera dan lain sebagainya. Tiket
masuk menuju wahana ini Rp 5000/orang. Wahana permainan anak yang tersedia
layaknya wahana permainan untuk anak-anak pada umumnya seperti
perosotan,ayunan, wahana putaran untuk anak dan lain sebagainya. Tiket masuk
wahana ini berkisar Rp 3000-5000/orang. Perahu air ini dinikmati pengunjung
untuk berkeliling menyusuri luasnya telaga Jembangan. Jenis perahu air ini
terdiri dari dua macam yaitu perahu air unitkecil menggunakan tenaga
manusia yaitu dengan gowes layaknya sepeda, dan perahu air unit besar berbentuk
naga yang menggunakan tenaga mesin untuk mengoperasikannya. Perahu unit kecil
disewakan dengan harga per unit Rp 15.000 untuk kapasitas dua orang/30 menit.
Sementara Perahu unit besar disewakan dengan harga Rp 15.000/orang. Perahu unit
besar ini enak dinikamti jika anda datang secara berombongan.
Wisata edisi kali ini adalah Telaga Menjer yang
terletak di desa Maron, kecamatan, Kecamatan garung kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini berjarak sekitar 2
km dari ibukota kecamatan.
Hari ini ketika siang menjelang, aku beserta
teman-teman dari Racana UM-Purworejo berangkat menju UNSIQ di Wonosobo untuk
menghadiri undangan Ulang Tahun Racana UNSIQ. Kami bertujuh berangkat dengan
menggunakan sepeda motor, sekitar 2,5 jam kami sampai di tempat tujuan. Karena
kami undangan pertama yang hadir, maka kami dipersilahkan untuk beristirahat
dicamp racana UNSIQ. Ternyata tempat acara bukan di kampus UNSIQ, tapi di
Telaga Menjer. Wooww... acara diisi dengan upacara pembukaan dan dilanjutkan
dengan hiburan. Malam yang dingin ditambah hujan rintik-rintik dan jarak
pandang yang hanya sekitar 4 meter menyudutkan kami untuk tidur di gasebo
terbuka yang ada di tepi telaga. Dingin yang begitu mencekam tak membuat kami
nyaman untuk tidur, hingga kami hampir tak kuasa untuk mengambil air wudhu.
Sekilas
Tentang Telaga Menjer
Telaga
Menjer yang
terletak di desa Maron, kecamatan Garung, Kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini berjarak sekitar 2
km dari ibukota kecamatan dan 4 kilometer sebelum Dieng Yang dituju dengan
jalanan berkelok dan dengan pemandangan yang begitu indah. Untuk menikmati
pemandangan di sekitar Telaga Menjer kita harus membayar tiket sebesar 3 ribu
rupiah.
Di sekeliling telaga yang berada di ketinggian 1.300
meter di atas permukaan laut, dengan luas 70 hektar dan kedalamannya mencapai
45 meter ini terdapat pepohonan pinus yang rimbun, bukit-bukit hijau yang
memagari telaga, udara yang sejuk dan pemandangan pedesaan tradisional. Tempat
ini sangat cocok sebagai tempat untuk refreshing, untuk menyegarkan
kembali lahir dan batin kita.
Air di telaga vulkanik yang terletak di kaki Gunung
Pakuwaja terlihat sangat tenang. Disana juga tersedia beberapa perahu yang siap
mengantar kita menglilingi seluruh sudut telaga. Sayang karena waktu yang
sangat mepet, kami tak sempat menaiki perahu dan berkeliling di telaga
tersebut.
Telaga Menjer adalah telaga yang terbentuk akibat dari
letusan vulkanik di kaki Gunung Pakuwaja. Dulunya air di telaga itu hanyalah
dari beberapa mata air kecil di sekitar telaga dan juga mengandalkan curah
hujan yang cukup tinggi didaerah ini. Pada zaman penjajahan Belanda dengan akan
dibangunnya PLTA Garung dibawah telaga tersebut, maka dibendunglah sebagian
sungai Serayu yang berada di sebelah utara desa Jengkol. Kemudian dialirkan
melalui terowongan bawah tanah sepanjang ± 7 km dibawah perkebunan teh PT.Tambi
yang berada di sebagian wilayah Desa Kreo dan Tlogo. Untuk mengalirkan air dari
telaga ini menuju PLTA, dibendunglah sebagian kecil dari telaga dan di bawahnya
dipasang pipa dengan diameter mencapai ± 3m menuju ke PLTA yang berjarak
sekitar 2 km.
24
November 2013
Sikunir adalah tempat selanjutnya yang kami kunjungi
setelah Telaga Menjer dalam rangkaian perjalanan kami. Dari Telaga Menjer kami
kambali menyusuri jalana menuju Desa Sambungan dengan melewati dataran tinggi
Dieng. Dataran Tinggi Dieng ini memiliki ketinggian 2350 meter dpl. Ada dua
cara untuk mencapai puncak Sikunir yang berjarak 8 km dari Dataran Tinggi
Dieng. Pilihan pertama adalah trekking dimana kita harus mulai pada jam 3 dini
hari. Kondisi fisik dan berbagai perlengkapan lain harus benar-benar
dipersiapkan bila memilih cara trekking ini. Pilihan kedua adalah naik motor,
baik motor sewaan ataupun menggunakan jasa ojek hingga ke desa Sembungan dan
dilanjutkan dengan mendaki sejauh 800 meter.
Dengan menggunakan sepeda motor kami menyusuri jalan pintu
masuk utama yang terbilang tak layak untuk dilewati. D tengah perjalanan kami
disuguhkan oleh hamparan tanaman kentang kala itu dan juga buah khas daerah
tersebut yaitu carica. Perbukitan mengiringi perjalanan kami dengan balutan
telaga Cebong yang tenang menyapa. Karena tujuan kami ke Sikunir adalah survey
tempat untuk acara pramuka, maka kami sekalian mampir ke tempat tersebut.
Disana kami hanya makan, makanan khas Wonosobo yaitu tempe kemul, yaitu
sepotong tempe kecil yang dibalut dengan tepung yang lebih besar sehingga
nampak seperti selimut. Kami hanya menikmati sedikit pemandangan karena kami
harus segera pulang.
Desa
Boro, Kulon Progo
(7 Oktober 2013)
Main selanjutnya bareng sama maba Pendidikan
matematika tahun 2013. Dalam makrab tahun ini pengurus HIMAPMA memutuskan untuk
melaksanakan makrab di salah satu obyek wisata yaitu Dolan Deso Boro di Kulon
Progo, Yogyakarata. Kami berangkat dari kampus pada pukul 06.00, perjalanan
dilakukan selama 3,5 jam. Usai bersiap diri, panitia telah siap dengan
permainannya. Para peserta begitu antusias mengikuti dan memperhatikan
instrumen yang diberikan untuk melakukan out bon yang akan mereka laksanakan.
Mereka dibagi menjadi beberpa kelompok untuk permainan ditemani seorang pemandu
dari setiap kelompoknya. Yaahhh walaupun aku gak ikutan main, tapi aku udah
seneng bisa ngeliat teman-teman tertawa bahagia karena itu lebih membahagiakan
daripada aku bahagia sendiri..
Sekilas
Desa Wisata Dolan Deso Boro Kulon Progo menjadi
tempatnya. Desa ini berada di kaki perbukitan Menoreh dengan pemandangan alam
yang hijau dan asri. Sawah menghijau, sungai dengan batu-batu besarnya,
gemericik suara air saluran irigasi yang berasal dari air Sungai Progo, langit
biru dan awan putih menyatu dengan Desa Wisata ini. Desa Wisata Boro adalah
salah satu dari sekian banyak desa wisata yang ada di Yogyakarta. Desa Wisata Dolan Deso Boro sendiri menawarkan
berbagai kegiatan dengan memanfaatkan keindahan alamnya. Outbound, wisata
pedesaan, bumi perkemahan, wisata air dan pelestarian alam. Di sini disediakan
juga tempat bagi yang ingin menginap berupa omah joglo.
Objek wisata ini terletak sebuah dusun kecil di
kecamatan Kalibawang, tepatnya di dusun Boro, desa Banjarasri, kecamatan
Kalibawang, kabupaten Kulon Progo. Objek wisata ini diberi nama Dolan Ndeso
Boro dengan maksud bahwa objek wisata ini dapat dijadikan sebagai tempat untuk
menghilangkan rasa penat setelah bekerja di kota.
Ada 4 paket wisata pedesaan yang disediakan oleh
pengelola outbond dolan ndeso ini, yaitu Paket Petualang Cilik, Live In,
Outbond, dan Paket Pulang ke Desa. Paket Petualang Cilik secara khusus dibuat
untuk anak-anak usia sekolah dasar yang menggabungkan serangkaian aktivitas
cinta alam, cinta budaya, dan detektif air.Untuk aktifitas outbond, ada harga
mahasiswa 60 ribu rupiah per orang, dan 100 ribu rupiah untuk corporate. Untuk
corporate biayanya lebih mahal karena paket outbond-nya memerlukan instruktur
khusus yang sesuai dengan tujuan perusahaan mengadakan outbond. Paket Pulang ke
Desa dan paket Live In hampir mirip, yaitu adanya interaksi dengan masyarakat
sekitar. Hanya saja yang membedakan yaitu kalau paket Live In ini ada acara
menginap di rumah-rumah penduduk, sedangkan kalau paket Pulang ke Desa ini
tidak disertai dengan acara menginap.
Wisata outbond Dolan Ndeso Boro ini juga didukung
dengan tersedianya dua buah rumah untuk menginap, dengan kapasitas 40 sampai
120 orang ditambah fasilitas MCK sebanyak 18 buah. Menariknya, rumah yang
disediakan tidak memiliki kamar. Para pengunjung bisa tidur ramai-ramai di
balai-balai. Ada juga rumah panggung berbentuk joglo yang unik, bisa dijadikan
tempat berkumpul dan bersantai bersama. Di Dolan Ndeso ini, pengunjung juga
bisa menikmati kesenian Gejog Lesung yang memang masih hidup di warga sekitar.
Jika memang musim panen, kita bisa nikmati gratis gejog lesung tersebut. Jika
tak sedang musim, kita bisa datangkan Gejog Lesung ke pendopo Dolan Ndeso
dengan biaya yang tak mahal.
Meski Boro hanyalah nama sebuah dusun kecil di
Kabupaten Kulonprogo DIY, namun namanya sudah dikenal luas secara nasional
sebagai pusat aktivitas agama Katolik. Karena, banyak para umat Katolik yang
setiap tahunnya sering berkunjung ke Sendang Sono.
Musium Merapi, Sleman
16
Maret 2014
Kali ini perjalananku cukup
istimewa, mengapa? Karena perjalanan kali ini adalah perjalanan yang langka
sebab ngumpulin teman-teman seJateng-DIY itu gak mudah. Walupun dibela-belain
bolos kuliah demi acara ini, tapiiii tetep lanjut.
Perjalanan dimulai dari
gedung BPKB Yogyakarta, tempat kami melaksanakan kegiatan dari hari sebelumnya
yaitu Forum Matematika di Balai BPKB dan Seminar di UGM. Bareng teman-teman
dari IKAHIMATIKA Indonesia Wilayah IV, kami bersama-sama bernyayi menghilangkan
kantuk sisi kurang tidur semalam hingga sampai akhirnya di depan Musium Merapi.
Di sana kami dijelaskan tentang kegunung apian, di gedung yang luas ini banyak
benda-benda yang membuat kami cukup merasakan betapa mencengkamnya tinggal de
lereng gunung. Di dalam musium tersebut juga disediakan tempat untuk menonton
vidio merapi dangan membayar tiket seharga Rp 5.000,00. Vidio diputar sekitar
30 menit.
Sekilas
Museum Gunung Merapi merupakan museum
bersejarah yang terdapat di Yogyakarta tepatnya Jln. Boyong, Dusun
Banteng, Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta sekitar lima kilometer dari
kawasan obyek wisata Kaliurang. Museum Gunung Merapi telah diresmikan pada
tanggal 1 Oktober 2009 oleh Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro. Luas dari bangunan musium
tersebut sekitar 4.470 yang berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektare, museum
yang ke depan juga dilengkapi dengan taman, area parkir, dan plasa ini ingin
dikenal masyarakat sebagai Museum Gunung Api Merapi dengan semboyan Merapi Jendela Bumi.
Musium Gunungapi ini dapat dijadikan sebagai sarana
pendidikan, penyebarluasan informasi aspek kegunungapian khususnya dan
kebencanaan geoligi lainnya yang bersifat
rekreatif-edukatif untuk masyarakat luas dengan tujuan untuk memberikan wawasan
dan pemahaman tentang aspek ilmiah, maupun sosial-budaya dan lain-lain yang
berkaitan dengan gunungapi dan sumber kebencanaan geologi lainnya. Museum
Gunungapi ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif sebagai sarana yang
sangat penting dan potensial sebagai pusat layanan informasi kegunungapian
dalam upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat, serta sebagai media dalam meningkatkan
kesadaran dan kewaspadaan masyarakat tentang manfaat dan ancaman bahaya letusan
gunungapi serta bencana geologi lainnya.
(4
Februari 2014)
Dieng adalah salah satu nama daerah di
Wonosobo, daerah yang juga menjadi nama sebuah bukit ini menjual keindahan alam
yang begit menakjubkan. Banyak tempat yang dapat digunakan sebagai tempat
wisata di daerah tersebut mulai dari Telaga Warna, Telaga Pengilon, Kawah
Sikidang, kawah Sileri, Candi Arjuna, Sumur Jalatunda dan masih bangak lagi.
Jalan-jalan kali ini adalah menyusuri wisata
Dieng, dengan sepeda motor kami berdelapan mendaki setiap jalanan berbatu
menuju ke Wonosobo. Sebelum kami malanjutkan perjalanan ke Dieng, terlebih
dahulu kami berhenti sejenak untuk menjemut teman di daerah Kepil. Jalanan yang
begitu berkelak kelok cukup membuat kami ketakutan untuk kembali menyusurinya.
Tapi kami harus malkukan itu. Pada pukul 10.00 kali melanjutkan perjalanan
menuju ke Dataran Dieng. Ditengah perjalanan kami berhenti sejenak untuk salat
duhur di Desa Dieng.
Dengan tiket seharga Rp 20.000,00 kami bisa
menikmati 4 obyek wisata yaitu Telaga warna, Kawah Sikidang, Candi Arjuna dan
Tempat Pemutaran Film gunung api. Tapi kami hanya menikmati 3 objek pertama
tanpa ke studio karena waktu telah sore. Berikut sekilas tentang objek wisata
yang kami kunjung di sana, semoga bermanfaat.
Telaga Warna
Telaga Warna Dieng
adalah salah satu objek wisata yang berada di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini merupakan salah satu destinasi wisata
andalan Kabupaten Wonosobo.
Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi
di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah.
Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi.
Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur
yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air
telaga nampak berwarna warni.
Telaga Warna berada di ketinggian 2000 meter dpl dan
dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi yang menambah pesona keindahan alam sekitar
telaga warna. Keindahan telaga warna akan lebih terasa jika pengunjung naik ke
salah satu bukit yang mengelilingi telaga ini. Waktu yang paling tepat untuk
mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena pada sore
hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga
pengunjung tidak dapat menikmati keindahan alamnya.
Di sekitar Telaga Warna Dieng tedapat beberapa gua yang
juga dapat dikunjungi, seperti Goa Semar Pertapaan Mandalasari Begawan Sempurna Jati. Di depan gua ini terdapat arca wanita
dengan membawa kendi. Gua ini juga memiliki kolam kecil yang airnya dipercaya
dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik. Ada
juga Goa Eyang Kumalasari,
dan Goa Jurang Jaran Resi Kendaliseto .
Selain itu, ada pula Batu Tulis Eyang Purbo WWaseso. Gua-gua di sekitar telaga warna ini sering
dijadikan sebagai tempat meditasi.
Kawah Sikidang
(4
Februari 2014)
Kawah Sikidang memberikan nuansa lain pada pariwisata Dieng. Pemandangan alam segar berwarna hijau mendadak lenyap begitu memasuki kompleks kawah ini. Sejauh mata memandang, hanya hamparan tanah tandus dikelilingi perbukitan dengan kolam yang terus menerus mengepulkan asap nun jauh di ujung sana.
Berjalan di kawah ini memang tidak boleh sembarangan
kita harus mencari tanah yang kering untuk menjejakkan kaki. Lubang-lubang
bekas kawah terdapat dimana-mana. Di beberapa tempat terlihat tanah basah
dengan air yang bergolak mendidih. Tanah-tanah ini berbahaya bila dipijak
karena sangat rapuh dan mudah longsor. Bau belerang terasa sangat menyengat.
Semakin jauh berjalan, baunya terasa semakin kuat dan menusuk hidung. Meskipun
baunya sangat menyengat, namun uap yang mengandung belerang ini dipercaya
berkhasiat untuk menghaluskan kulit dan menghilangkan jerawat.
Sebuah kolam besar dengan air bercampur lumpur
berwarna abu-abu yang terus menggelegak. Ujung kolam tidak terlihat karena
pekatnya asap putih yang mengepul. Konon air dan lumpur ini memiliki suhu 98
derajat celcius, dan bahkan mungkin lebih. Pagar bambu dibangun mengelilingi
kawah demi keselamatan para pengunjung. Di tempat tersebut kita juga dapat
merebus telur yang dapat dibeli dari jajakan para pedagang.
Kawah Sikidang memiliki dapur magma di dalam perut
bumi di bawahnya. Dapur magma ini menghasilkan panas dan energi dengan tekanan
yang sangat kuat. Apabila tekanan ini mencapai puncaknya, maka akan terjadi
letusan dan terbentuk sebuah kawah baru. Nama Sikidang diambil dari kata
“kidang” yang berarti kijang. Keunikan kawah ini adalah kawah utamanya yang
selalu berpindah, seolah meloncat mencari tempat baru.
Candi Arjuna
(4
Februari 2014)
Candi Arjuna adalah sebuah bangunan candi Hindu yang terletak di Daratan Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Candi Arjuna merupakan salah satu bangunan
candi di Kompleks Candi Arjuna,
Dieng. Di kompleks ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa,
dan Candi Sembadra.
Candi Arjuna terletak paling utara dari deretan percandian di kompleks
tersebut. Sementara itu, Candi Semar adalah candi perwara
atau pelengkap dari Candi Arjuna. Kedua bangunan candi ini saling berhadapan. Seperti
umumnya candi-candi di Dieng, masyarakat memberikan nama tokoh pewayangan Mahabarata
sebagai nama candi.
Candi Arjuna berukuran 6 x 6 m dan menghadap
ke arah barat. Pada pintu masuk dan relung-relungnya dihiasi kala makara. Atap
candi berjenjang dengan menara-menara kecil di setiap sudut. Ditemukannya
prasasti berangka tahun 731 Caka (809 M) di dekat Candi Arjuna dapat menjadi
petunjuk pembangunan candi sekitar awal abad IX M.
Pantai Glagah Indah
(14
Oktober 2014)
Diakhir masa kuliahku ini Pantai Glagah adalah salah satu tujuan, pantai yang menawarkan wisata pantai yang lengkap, mulai pemandangan laguna yang indah, fasilitas biking, pemecah ombak dan motorcross hingga agrowisata pantai. Kali ini saya dan ketiga teman saya sengaja berkunjung ke Pantai Glagah untuk menanti waktu kuliah tiba.
Sebuah dataran pantai yang lapang akan segera menyapa
jika berkunjung ke Pantai Glagah. Merentang pandangan ke depan agar bisa
melihat garis horizon panjang yang mempertemukan langit dan lautan. Sementara
keindahan kelokan garis pantai akan memanjakan mata bila mengalihkan pandangan
ke barat atau timur. Dataran pantai yang lapang dan garis pantai yang panjang
juga memberikan bebrapa lokasi alternatif untuk melihat keindahan pemandangan
pantai. Masing-masing lokasi seolah-olah memiliki nuansa yang berbeda walau
masih terletak dalam satu kawasan. Di setiap lokasi itu, bisa menikmati seluruh
keindahan pantai dengan leluasa, sama sekali tak ada karang-karang raksasa yang
kadang menghalangi pandangan mata.
Selain pemandangan pantai yang indah, Pantai Glagah
juga memiliki beragam fasilitas wisata pantai. Salah satu adalah area motor
cross yang terletak persis di pinggir pantai dengan luas yang cukup besar,
memberi kepuasan bagi anda penggemar olahraga ini. Sementara itu, jalan
beraspal yang menghubungkan pantai Glagah dengan pantai-pantai lain seperti
Pantai Congot di sebelah barat Pantai Glagah yang bisa dimanfaatkan sebagai
arena olah raga sepeda pantai.
Kita bisa menikmati fasilitas agrowisata pantai dengan
mengunjungi perkebunan Kusumo Wanadri. Di sana, anda bisa mengamati proses
budidaya beragam tanaman obat mujarab, seperti buah naga dan bunga roselle.
Selain itu juga bisa menyewa gethek, kano dan bebek dayung yang bisa digunakan
untuk tur menyusuri laguna atau sekedar menyeberang lewat jembatan kayu menuju
lokasi gundukan pasir di tepi pantai.
Di sepanjang jalan masuk ke pantai terdapat beberapa
pedagang menjajakan dagangannya mulai dari pakaian pantai, buah-buahan, makanan
kecil juga berbagai aksesoris saat bermain di pantai. Tak perlu kawatir dengan
makanan karena di tempat tersebut telah banyak kedai-kedai makanan yang tek
hanya menjajakan makanan khas laut, tapi juga makanan darat juga disediakan
seperti pecel, mie, juga bakso.
Untuk menikmati keseluruhan keindahan pemandangan
pantai Glagah, bisa melaju melintasi dua alternatif jalan. Pertama, berjalan ke
selatan melewati jalan Bantul dan berbelok ke kanan menuju jalur Bantul -
Purworejo setelah sampai di Palbapang. Kedua, berjalan ke barat melewati
lintasan jalan Yogyakarta - Wates - Purworejo dan berbelok ke kiri setelah
menjumpai plang menuju Pantai Glagah.
Curug Kalimeneng
(11
November 2014)
Tempat yang aku kunjungi berikutnya adalah Curug
Kalimeneng di Desa Kalimeneng, Kemiri,
Purworejo. Lokasi curug ini memang sulit untuk dijangkau karena curug tersebut
terletak di tengah perkebunan milik warga yang kurang terawat. Untuk menuju
curug tersebut dari pusat kota Purworejo kita menempuh jarak sekitar 18 km.
Walaupun kami sedikit nyasar dipintu utama tapi
akhirnya kami sampai juga di jalan utama menuju curug setelah melewati sungai
yang lebarnya sekitar 18 meter dengan jembatan beton yang hanya mampu dilalui
oleh sepeda motor. Setelah menyebrang kita akan melalui jalan setepak di
pinggir rumah dan harus menyebrang kali terusan dari curug tersebut dengan
jalan setapak yang kadang menanjak tajam. Sepeda motor dapat dititipkan pada
warga setempat dengan membayar Rp 2.000,00.
Perjalanan di mulai, pemandangan pegunungan menawan
menyambut kedatangan kami. Jalanan tanah ditemani ilalang dan pepohonan jati
dna sejenisnya menemani perjalanan kami hingga kami menemukan sungai berbatu
besar yang cukup menghalangi perjalanan kami untuk sampai ke tempat tujuan.
Daaann....subhanallah... pemandangan bebatuan yang sangat menakjubkan menjadi
diding sungai, tempat yang begitu alami karena saat kami tiba di tempat
tersebut tak ada seorangpun yang menikmati pemandangan wisata alam tersebut. Sayangnya
curug ini hanya mengalir kala musim hujan, jika musim kemarau air yang memancar
hanya sedikit. Dinding sungai yang licin dan tanah pijakan yang licin
mengharuskan kita untuk terus berhati – hati karena tempat jatuhnya air
tersebut cukup dalam dan tidak ada pagar yang membatasi. Lokasi yang sempit,
lembab dan licin tak mengurngkan kami untuk terus mengambil gambar, mungkin
karena kami terlalu tersihir oleh kealamian dan keindahan tempat tersebut.
Semoga apa yang aku
ungkapkan dapat menginspirasi teman-teman dalam mengisi dan membuang penat saat
bosan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar