Selamat Datang di Cerita Masa Remaja Mutiara Dasar Samudra
Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Rabu, 26 November 2014

Aku, dia dan mereka


Jalan – Jalan Bareng

    Jalan -jalan adalah hobby yang bisa dibilang menurun dari kedua orang tua ku. Mereka berdua adalah orang yang suka jalan-jalan, apa lagi waktu liburan tiba. Walupun telah berulang kali tempat tersebut dikujungi, tapi tetap saja di ulang dan di putar-putar, tapi itu dulu waktu aku sebelum jadi mahasiswa. Mungkin mereka juga ingat umur, hehehe... Kai ini giliranku untuk bertualang, biar terkesan sok-sokan tapi biarlah...
Berikut ini adalah tempat-tempat yang pernah aku kunjungi di sela-sela hiruk pikuk lalu lintas Purworejo. haha apa hubungannya??. Liat aja yang aku pamerkan foto ku. Ngak semua tempat sih, tapi... semoga bermanfaat buat teman-teman...

(15 November 2011)

Hari Minggu... wiiihhh enaknya kumpul sama keluarga setelah seminggu bolak-balik kampus-rumah. Tapi... hari Minggu, 15 November 2011 ini beda, sesuai program dari HIMAPMA aku dan teman-teman ikutan Makrab di Benteng Van Der Wijck, Gombong, Kebumen katanya sih biar akrab gitu, maklum anak baru, masih polos. Kami berangkat dari kampus dengan naik bus yang telah disediakan panitia. Yaaa...karena takut mabok, aku tidur jadi gak tau dech jalanya. heehee..
Sekitar 2 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Sesampainya disana kami berkumpul di Aula dan ikut meramaikan pensi yag disuguhkan oleh setiap kelompok. Selanjutnya..aku masih ngantuk tapi makanan dateng. Habis makan kita ikutan out door didalam benteng. Walaupun sedikit serem, tapiii asik juga koh.

Sekilas tenteng Benteng Van Der Wijck
Benteng Van Der Wijck adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun pada abad ke 18. Benteng ini memiliki bagian atas dan bawah benteng, bagian atasbenteng tersebut memiliki luas sekitar 3606,625 m2 dan benteng bawah 3606,625 m2. Benteng ini memiliki tinggi 9,67 m, ditambang cerobong 3,33 m. Pada benteng tersebut terdapat 16 barak dengan ukuran masing-masing 7,5 x 11,32 m. Jika dilihat dari permukaan laut memiliki ketinggian lebih dari 132,7 dpl. Benteng  ini terletak di 4 km utara Gombong, sekitar 35 km sebelah barat dari Ibukota kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, 18 km Barat Kota Karanganyar, atau 100 km dari Candi Borobudur, Magelang.
Nama benteng ini diambil dari Van Der Wijck, yang dimungkinkan adalah nama komandan pada saat itu. Nama benteng ini terpampang pada pintu sebelah kanan. Benteng ini kadang dihubungkan dengan nama Frans David Cochius (1787-1876), seorang Jenderal yang bertugas di daerah barat Bagelen yang namanya juga diabadikan menjadi nama Benteng Generaal Cochius. Benteng ini merupakan benteng persegi delapan satu-satunya di indonesia.


Pantai Jatimalang
(14 November 2011)

Haaa... habis main kerumah temen di Desa lupa aku dan ketiga temanku main ke Pantai Jatimalang. Pantai ini merupakan obyek pariwisata ini terletak di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo yang berjarak ±18 Km dari pusat Kota Purworejo. Obyek wisata Pantai Jatimalang merupakan obyek wisata alam dengan perpaduan antara hamparan rawa/tambak dan keindahan Pantai Laut Selatan dengan pesona ombak yang cukup besar karena berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.
Obyek wisata ini telah dilengkapi beberapa sarana prasarana seperti jalan hotmix sampai tepi pantai, bangunan gasebo, hiburan café, karaoke, kolam pemancingan, kolam renang anak dan tentunya wisata kuliner laut berjajar disana. O iya pantai Jatimalang juga merupakan pelabuhan bagi melayan tradisaonal untuk menyandarkan kapalnya usai melaut pada malam hari dan lahan pelelangan ikan pertama usai turun dari kapal. Informasi yang aku terima beberapa waktu lalu, nelayan di sanan paling banyak turun dari melaut pada hari Kamis dan Minggu pada tengah hari, jadi buat teman-teman yang pengen beli ikan segar yang benar segarnya bisa dipertimbangkan.
Perjalanan ke pantai tersebut memakan waktu ±40 menit dengan motor kecepatan sedang dari pusat kota. Sesampainya dijalan Daendles, ada plang penunjuk ke Pantai Jatimalang. Setelah melewati Desa Jatimalang kita akan menemukan makam yang katanya makam terpanjang di kabupaten Purworejo di sisi kiri jalan, kita akan menemui hamparan sawah, tambak, kampung, tambak lagi dan selamat datang di Pantai Jatimalang. Dengan tiket sebesar Rp 4.000,00 kita bisa sepuasnya main di pantai sampai eksotis.. hehe...
Katanya ni, pantai ini pada tahun 1942 pernah dijadikan sebagai tempat pendaratan kapal yang mengangkut tentara Jepang. Hal ini dapat dimungkinkan karena disamping daerahnya sepi, Pantai Jatimalang sangat mudah dijangkau dan tidak begitu jauh dari pemukiman.

Pantai Suwuk 
(8 April 2013)

Hari ini adalah hari ulang tahun adikku tersayang, sebelumnya Selamat Ulang tahun ya adikku sayang... kini kita berkelana ke Pantai Suwuk. Pantai Suwuk terletak di desa Suwuk, kecamatan Puring, kabupaten Kebumen, untuk menuju ke lokasi pantai, banyak jalur alternatif yang dapat digunakan. Jika anda dari arah Gombong maka dibutuhkan waktu sekitar 45 menit, namun jika anda berasal dari arah kota Kebumen maka dibutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk menuju Petanahan dan setengah jam berikutnya menuju Pantai Suwuk. Bagi anda yang berasal dari arah timur yang kebetulan sedang melintasi jalan selatan-selatan atau jalan Daendels dari arah Yogyakarta dapat langsung lurus menuju ke Pantai Suwuk. Kalau aku dan teman-teman karena perjalanan kami mulai dari Gombong (abis kondangan teman) dilanjutkan mampir ke rumah teman di Kecamatan Puring, jadi mubazir kalo ngak mampir ke Pantai Suwuk.
Wisata di Pantai Suwuk ini pada dasarnya tidak berbeda dengan wisata-wisata pantai di Kebumen. Pantai suwuk merupakan pantai laut selatan yang langsung menghadap samudera Indonesia. Pantai ini sejajar dengan pantai-pantai lain yang ada di kabupaten Kebumen seperti pantai petanahan. Namun, di pantai ini mempunyai suatu kelebihan dengan dibatasi oleh Sungai Suwuk yang bermuara di pantai Selatan. Selain itu pantai yang dibatasi oleh pantai karang bolong ini, menyajikan pemandangan pegunungan kapur yang elok memanjang dari utara sampai selatan, dan berbatasan langsung dengan pegunungan. Sehingga jika pengunjung duduk di bebatuan pinggir muara sungai, pengunjung akan dapat melihat pesona pantai dan pemandangan pegunungan yang indah juga muara sungai yang khas.
Untuk lebih memanjakan anda, anda dapat menyewa kuda untuk menyisir Pantai Suwuk ini. Usai menikmati pantai, hal menarik lainnya adalah kita dapat menikmati suasana santai dengan beberapa sajian makanan khas yang ada di warung-warung sepanjang pantai. Di pantai ini, selain disuguhkan pemandangan pantai yang alami, disini juga terdapat beberapa fasilitas lain untuk menunjang pengembangan dan merangsang minat para pengunjung Pantai Suwuk seperti adanya kebun binatang dihuni oleh beberapa jenis burung dan hewan mamalia. Selain itu pada bagian muara sungai yang terletak disebelah pantai suwuk yang menambah pesona dari pantai ini juga digunakan para penghobi mancing untuk menyalurkan hobinya.

Geger Manjangan
(13 Februari 2013)


Jalan-jalan selanjutnya adalah Taman Wisata Geger Menangan yang terletak di Jalan Purworejo-Magelang. Dengan menggunakan sepeda motor dari pusat kota Purworejo, dengan menempuh waktu kurang lebih 10 menit. Dengan membayar biaya retribusi sebesar Rp 2.000 / orang, perjalanan dengan menaiki satu demi satu anak tangga untuk sampai di puncak Geger Menjangan pun dimulai. Terdapat 2 jalan alternatif untuk sampai di puncak tempat tersebut, yaitu malalui tangga utara dan tangga selatan. Melalui tangga utara maka kita kan terus menemui tangga dan rerumputan tinggi dan beberapa pohon yang ditanam warga. Jika kita melalui jalur selatan maka kita akan menemukan makam Imam Puro di tengah perjalanan yang sering dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah juga sumur tiban disisi timur jalan yang cukup tersembunyi.
Kali ini untuk menuju puncak, kami memilih jalur utara, banyak anak tangga yang harus kami lalui, sesekali kami istirahat dan menikmati seteguk air yang kami bawa. Setelah melakukan pendakian kurang lebih 20 menit perjalanan kami pun sampai di puncak Geger Menjangan. Rasa letih yang kita alami terasa terbayar oleh keindahan alam yang disajikan di puncak Geger Menjangan. Di puncak Geger Menjangan kita dapat melihat indahnya kota Purworejo dari atas bukit, serta keindahan alam seperti persawahan, Sungai Bogowonto yang terlihat indah dari atas. Di puncang kita akan menemukan gasebo yang kira-kira berukuran 8 x 6 meter untuk tempat istirahat dan menikmati keindahan yang disajikan oleh Purworejo.
Karena Adzhan Duhur telah berkumandang, maka kami memutuskan untuk pulang usai makan, makanan yang kami bawa, kupat tahu..

Pantai Ketawang
(21 Juli 2013)



Edisi jalan-jalan kali ini adalah Patai Ketawang yang terletak di Desa Harjobinangun dan Ketawang Kecamatan Grabag, Kabupaten Puworejo terletak sekitar 22 km dari pusat kota Purworejo. Pantai Ketawang memiliki pesona yang hampir sama dengan Pantai Jatimalang, pasir hitam yang halus, deburan ombak yang menggelitik mata dan telinga ditambah sedikitnya pengunjung menambah kebingungan hati untuk berlama-lama disana.
Edisi kali ini adalah edisi nyasar. Hari itu aku dan kedua temanku diminta dari Kaprodi untuk mengantarkan surat ke SMA Negeri 8 Purworjo yang letaknya belum kami ketahui. Alhasil kita aktifkan JPS (Jaringan Pikat Suara) alias tanya kesana-kamari. Sesampinya di tempat tujuan utama, kami berencana untuk menyasarkan diri ke arah selatan, dan alhasil kita ketemu jalan yang cocok untuk motor tril kira-kira sekitar 2 km. Alhamdulillah sampai juga kaki menyentuh hamparan pasir dengan belaian debur ombak yang terus menyapa dan anggin yang keras membelai.

(1 September 2013)


Jembangan Wisata Alam (JWA) merupakan salah satu kawasan objek wisata yang ada di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Kawasan objek wisata inididirikan pada tahun 2011 oleh Bupati Kebumen yang baru terpilih yaitu H.Buyar Winarso, S.E. Kawasan objek wisata JWA menawarkan pemandangan telaga hijau dengan hutan hijau bersisian di sampingnya, di bagian ujung telaga ini dimanfaatkan sebagai bendungan air yaitu bendungan Pejengkolan, terusan pintu air bagian timur dari waduk Wadaslintang yang berada di Kabupaten Kebumen. Untuk menuju kawasan JWA ini di pintu masuk anda akan dikenai biaya tiket Rp 3000 dan biaya parkir Rp 2000/motor. Kawasan JWA tereletak di desa Jembangan, Kecamatan Poncowarno, Kabupaten Kebumen. Kecamatan Poncowarno ini merupakan Kecamatan yang terletak pada dataran tinggi. Kawasan JWA hanya bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi berjarak kurang lebih 20 Km dari Kebumen Kota.
Di dalam kawasan JWA ini terdapat tiga site utama yang dapat dinikmati oleh pengunjung yaitu Telaga hijau yang bersisian dengan hutan yang masih alami, Waduk Pejengkolan dan Jembatan Gantung. Untuk berkeliling menikmati telaga Jembangan yang bersisisan dengan hutan hijau dapat menggunakan wahana perahu air.
          Selain menawarkan pemandangan telaga hijau yang luas, di kawasan JWA ini juga menawarkan berbagai wahana untuk belajar atau permainan anak-anak seperti Jembangan Fantasy Zoo, Wahana permainan anak dan Perahu air.  Jembangan Fantasy Zoo merupakan wahana belajar satwa bagi anak. Di wahana ini tersedia berbagai satwa yang sengaja didatangkan dari Kabupaten seperti aneka burung, gajah, kera dan lain sebagainya. Tiket masuk menuju wahana ini Rp 5000/orang. Wahana permainan anak yang tersedia layaknya wahana permainan untuk anak-anak pada umumnya seperti perosotan,ayunan, wahana putaran untuk anak dan lain sebagainya. Tiket masuk wahana ini berkisar Rp 3000-5000/orang. Perahu air ini dinikmati pengunjung untuk berkeliling menyusuri luasnya telaga Jembangan. Jenis perahu air ini terdiri dari dua macam yaitu  perahu air unitkecil menggunakan tenaga manusia yaitu dengan gowes layaknya sepeda, dan perahu air unit besar berbentuk naga yang menggunakan tenaga mesin untuk mengoperasikannya. Perahu unit kecil disewakan dengan harga per unit Rp 15.000 untuk kapasitas dua orang/30 menit. Sementara Perahu unit besar disewakan dengan harga Rp 15.000/orang. Perahu unit besar ini enak dinikamti jika anda datang secara berombongan.
24 November 2013


Wisata edisi kali ini adalah Telaga Menjer yang terletak di desa Maron, kecamatan, Kecamatan garung kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini berjarak sekitar 2 km dari ibukota kecamatan.
Hari ini ketika siang menjelang, aku beserta teman-teman dari Racana UM-Purworejo berangkat menju UNSIQ di Wonosobo untuk menghadiri undangan Ulang Tahun Racana UNSIQ. Kami bertujuh berangkat dengan menggunakan sepeda motor, sekitar 2,5 jam kami sampai di tempat tujuan. Karena kami undangan pertama yang hadir, maka kami dipersilahkan untuk beristirahat dicamp racana UNSIQ. Ternyata tempat acara bukan di kampus UNSIQ, tapi di Telaga Menjer. Wooww... acara diisi dengan upacara pembukaan dan dilanjutkan dengan hiburan. Malam yang dingin ditambah hujan rintik-rintik dan jarak pandang yang hanya sekitar 4 meter menyudutkan kami untuk tidur di gasebo terbuka yang ada di tepi telaga. Dingin yang begitu mencekam tak membuat kami nyaman untuk tidur, hingga kami hampir tak kuasa untuk mengambil air wudhu.
Sekilas Tentang Telaga Menjer
Telaga Menjer yang terletak di desa Maron, kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini berjarak sekitar 2 km dari ibukota kecamatan dan 4 kilometer sebelum Dieng Yang dituju dengan jalanan berkelok dan dengan pemandangan yang begitu indah. Untuk menikmati pemandangan di sekitar Telaga Menjer kita harus membayar tiket sebesar 3 ribu rupiah.
Di sekeliling telaga yang berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, dengan luas 70 hektar dan kedalamannya mencapai 45 meter ini terdapat pepohonan pinus yang rimbun, bukit-bukit hijau yang memagari telaga, udara yang sejuk dan pemandangan pedesaan tradisional. Tempat ini sangat cocok sebagai tempat untuk refreshing, untuk menyegarkan kembali lahir dan batin kita.
Air di telaga vulkanik yang terletak di kaki Gunung Pakuwaja terlihat sangat tenang. Disana juga tersedia beberapa perahu yang siap mengantar kita menglilingi seluruh sudut telaga. Sayang karena waktu yang sangat mepet, kami tak sempat menaiki perahu dan berkeliling di telaga tersebut. 
Telaga Menjer adalah telaga yang terbentuk akibat dari letusan vulkanik di kaki Gunung Pakuwaja. Dulunya air di telaga itu hanyalah dari beberapa mata air kecil di sekitar telaga dan juga mengandalkan curah hujan yang cukup tinggi didaerah ini. Pada zaman penjajahan Belanda dengan akan dibangunnya PLTA Garung dibawah telaga tersebut, maka dibendunglah sebagian sungai Serayu yang berada di sebelah utara desa Jengkol. Kemudian dialirkan melalui terowongan bawah tanah sepanjang ± 7 km dibawah perkebunan teh PT.Tambi yang berada di sebagian wilayah Desa Kreo dan Tlogo. Untuk mengalirkan air dari telaga ini menuju PLTA, dibendunglah sebagian kecil dari telaga dan di bawahnya dipasang pipa dengan diameter mencapai ± 3m menuju ke PLTA yang berjarak sekitar 2 km.

24 November 2013


Sikunir adalah tempat selanjutnya yang kami kunjungi setelah Telaga Menjer dalam rangkaian perjalanan kami. Dari Telaga Menjer kami kambali menyusuri jalana menuju Desa Sambungan dengan melewati dataran tinggi Dieng. Dataran Tinggi Dieng ini memiliki ketinggian 2350 meter dpl. Ada dua cara untuk mencapai puncak Sikunir yang berjarak 8 km dari Dataran Tinggi Dieng. Pilihan pertama adalah trekking dimana kita harus mulai pada jam 3 dini hari. Kondisi fisik dan berbagai perlengkapan lain harus benar-benar dipersiapkan bila memilih cara trekking ini. Pilihan kedua adalah naik motor, baik motor sewaan ataupun menggunakan jasa ojek hingga ke desa Sembungan dan dilanjutkan dengan mendaki sejauh 800 meter.
Dengan menggunakan sepeda motor kami menyusuri jalan pintu masuk utama yang terbilang tak layak untuk dilewati. D tengah perjalanan kami disuguhkan oleh hamparan tanaman kentang kala itu dan juga buah khas daerah tersebut yaitu carica. Perbukitan mengiringi perjalanan kami dengan balutan telaga Cebong yang tenang menyapa. Karena tujuan kami ke Sikunir adalah survey tempat untuk acara pramuka, maka kami sekalian mampir ke tempat tersebut. Disana kami hanya makan, makanan khas Wonosobo yaitu tempe kemul, yaitu sepotong tempe kecil yang dibalut dengan tepung yang lebih besar sehingga nampak seperti selimut. Kami hanya menikmati sedikit pemandangan karena kami harus segera pulang.

Desa Boro, Kulon Progo
(7 Oktober 2013)


Main selanjutnya bareng sama maba Pendidikan matematika tahun 2013. Dalam makrab tahun ini pengurus HIMAPMA memutuskan untuk melaksanakan makrab di salah satu obyek wisata yaitu Dolan Deso Boro di Kulon Progo, Yogyakarata. Kami berangkat dari kampus pada pukul 06.00, perjalanan dilakukan selama 3,5 jam. Usai bersiap diri, panitia telah siap dengan permainannya. Para peserta begitu antusias mengikuti dan memperhatikan instrumen yang diberikan untuk melakukan out bon yang akan mereka laksanakan. Mereka dibagi menjadi beberpa kelompok untuk permainan ditemani seorang pemandu dari setiap kelompoknya. Yaahhh walaupun aku gak ikutan main, tapi aku udah seneng bisa ngeliat teman-teman tertawa bahagia karena itu lebih membahagiakan daripada aku bahagia sendiri..

Sekilas
Desa Wisata Dolan Deso Boro Kulon Progo menjadi tempatnya. Desa ini berada di kaki perbukitan Menoreh dengan pemandangan alam yang hijau dan asri. Sawah menghijau, sungai dengan batu-batu  besarnya, gemericik suara air saluran irigasi yang berasal dari air Sungai Progo, langit biru dan awan putih menyatu dengan Desa Wisata ini. Desa Wisata Boro adalah salah satu dari sekian banyak desa wisata yang ada di Yogyakarta.  Desa Wisata Dolan Deso Boro sendiri menawarkan berbagai kegiatan dengan memanfaatkan keindahan alamnya. Outbound, wisata pedesaan, bumi perkemahan, wisata air dan pelestarian alam. Di sini disediakan juga tempat bagi yang ingin menginap berupa omah joglo.
Objek wisata ini terletak sebuah dusun kecil di kecamatan Kalibawang, tepatnya di dusun Boro, desa Banjarasri, kecamatan Kalibawang, kabupaten Kulon Progo. Objek wisata ini diberi nama Dolan Ndeso Boro dengan maksud bahwa objek wisata ini dapat dijadikan sebagai tempat untuk menghilangkan rasa penat setelah bekerja di kota.
Ada 4 paket wisata pedesaan yang disediakan oleh pengelola outbond dolan ndeso ini, yaitu Paket Petualang Cilik, Live In, Outbond, dan Paket Pulang ke Desa. Paket Petualang Cilik secara khusus dibuat untuk anak-anak usia sekolah dasar yang menggabungkan serangkaian aktivitas cinta alam, cinta budaya, dan detektif air.Untuk aktifitas outbond, ada harga mahasiswa 60 ribu rupiah per orang, dan 100 ribu rupiah untuk corporate. Untuk corporate biayanya lebih mahal karena paket outbond-nya memerlukan instruktur khusus yang sesuai dengan tujuan perusahaan mengadakan outbond. Paket Pulang ke Desa dan paket Live In hampir mirip, yaitu adanya interaksi dengan masyarakat sekitar. Hanya saja yang membedakan yaitu kalau paket Live In ini ada acara menginap di rumah-rumah penduduk, sedangkan kalau paket Pulang ke Desa ini tidak disertai dengan acara menginap.
Wisata outbond Dolan Ndeso Boro ini juga didukung dengan tersedianya dua buah rumah untuk menginap, dengan kapasitas 40 sampai 120 orang ditambah fasilitas MCK sebanyak 18 buah. Menariknya, rumah yang disediakan tidak memiliki kamar. Para pengunjung bisa tidur ramai-ramai di balai-balai. Ada juga rumah panggung berbentuk joglo yang unik, bisa dijadikan tempat berkumpul dan bersantai bersama. Di Dolan Ndeso ini, pengunjung juga bisa menikmati kesenian Gejog Lesung yang memang masih hidup di warga sekitar. Jika memang musim panen, kita bisa nikmati gratis gejog lesung tersebut. Jika tak sedang musim, kita bisa datangkan Gejog Lesung ke pendopo Dolan Ndeso dengan biaya yang tak mahal.
Meski Boro hanyalah nama sebuah dusun kecil di Kabupaten Kulonprogo DIY, namun namanya sudah dikenal luas secara nasional sebagai pusat aktivitas agama Katolik. Karena, banyak para umat Katolik yang setiap tahunnya sering berkunjung ke Sendang Sono.

16 Maret 2014


Kali ini perjalananku cukup istimewa, mengapa? Karena perjalanan kali ini adalah perjalanan yang langka sebab ngumpulin teman-teman seJateng-DIY itu gak mudah. Walupun dibela-belain bolos kuliah demi acara ini, tapiiii tetep lanjut.
Perjalanan dimulai dari gedung BPKB Yogyakarta, tempat kami melaksanakan kegiatan dari hari sebelumnya yaitu Forum Matematika di Balai BPKB dan Seminar di UGM. Bareng teman-teman dari IKAHIMATIKA Indonesia Wilayah IV, kami bersama-sama bernyayi menghilangkan kantuk sisi kurang tidur semalam hingga sampai akhirnya di depan Musium Merapi. Di sana kami dijelaskan tentang kegunung apian, di gedung yang luas ini banyak benda-benda yang membuat kami cukup merasakan betapa mencengkamnya tinggal de lereng gunung. Di dalam musium tersebut juga disediakan tempat untuk menonton vidio merapi dangan membayar tiket seharga Rp 5.000,00. Vidio diputar sekitar 30 menit.
Sekilas
Museum Gunung Merapi merupakan museum bersejarah yang terdapat di Yogyakarta tepatnya Jln. Boyong, Dusun Banteng, Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta sekitar lima kilometer dari kawasan obyek wisata Kaliurang. Museum Gunung Merapi telah diresmikan pada tanggal 1 Oktober 2009 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro. Luas dari bangunan musium tersebut sekitar 4.470 yang berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektare, museum yang ke depan juga dilengkapi dengan taman, area parkir, dan plasa ini ingin dikenal masyarakat sebagai Museum Gunung Api Merapi dengan semboyan Merapi Jendela Bumi.
Musium Gunungapi ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan, penyebarluasan informasi aspek kegunungapian khususnya dan kebencanaan geoligi lainnya yang bersifat rekreatif-edukatif untuk masyarakat luas dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman tentang aspek ilmiah, maupun sosial-budaya dan lain-lain yang berkaitan dengan gunungapi dan sumber kebencanaan geologi lainnya. Museum Gunungapi ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif sebagai sarana yang sangat penting dan potensial sebagai pusat layanan informasi kegunungapian dalam upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat, serta sebagai media dalam meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat tentang manfaat dan ancaman bahaya letusan gunungapi serta bencana geologi lainnya.

(4 Februari 2014)


Dieng adalah salah satu nama daerah di Wonosobo, daerah yang juga menjadi nama sebuah bukit ini menjual keindahan alam yang begit menakjubkan. Banyak tempat yang dapat digunakan sebagai tempat wisata di daerah tersebut mulai dari Telaga Warna, Telaga Pengilon, Kawah Sikidang, kawah Sileri, Candi Arjuna, Sumur Jalatunda dan masih bangak lagi.
Jalan-jalan kali ini adalah menyusuri wisata Dieng, dengan sepeda motor kami berdelapan mendaki setiap jalanan berbatu menuju ke Wonosobo. Sebelum kami malanjutkan perjalanan ke Dieng, terlebih dahulu kami berhenti sejenak untuk menjemut teman di daerah Kepil. Jalanan yang begitu berkelak kelok cukup membuat kami ketakutan untuk kembali menyusurinya. Tapi kami harus malkukan itu. Pada pukul 10.00 kali melanjutkan perjalanan menuju ke Dataran Dieng. Ditengah perjalanan kami berhenti sejenak untuk salat duhur di Desa Dieng.
Dengan tiket seharga Rp 20.000,00 kami bisa menikmati 4 obyek wisata yaitu Telaga warna, Kawah Sikidang, Candi Arjuna dan Tempat Pemutaran Film gunung api. Tapi kami hanya menikmati 3 objek pertama tanpa ke studio karena waktu telah sore. Berikut sekilas tentang objek wisata yang kami kunjung di sana, semoga bermanfaat.

Telaga Warna


Telaga Warna Dieng adalah salah satu objek wisata yang berada di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Wonosobo. Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga nampak berwarna warni.
Telaga Warna berada di ketinggian 2000 meter dpl dan dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi yang menambah pesona keindahan alam sekitar telaga warna. Keindahan telaga warna akan lebih terasa jika pengunjung naik ke salah satu bukit yang mengelilingi telaga ini. Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena pada sore hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga pengunjung tidak dapat menikmati keindahan alamnya.
Di sekitar Telaga Warna Dieng tedapat beberapa gua yang juga dapat dikunjungi, seperti Goa Semar Pertapaan Mandalasari Begawan Sempurna Jati. Di depan gua ini terdapat arca wanita dengan membawa kendi. Gua ini juga memiliki kolam kecil yang airnya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik. Ada juga Goa Eyang Kumalasari, dan Goa Jurang Jaran Resi Kendaliseto . Selain itu, ada pula Batu Tulis Eyang Purbo WWaseso. Gua-gua di sekitar telaga warna ini sering dijadikan sebagai tempat meditasi. 

Kawah Sikidang
(4 Februari 2014)

Kawah Sikidang memberikan nuansa lain pada pariwisata Dieng. Pemandangan alam segar berwarna hijau mendadak lenyap begitu memasuki kompleks kawah ini. Sejauh mata memandang, hanya hamparan tanah tandus dikelilingi perbukitan dengan kolam yang terus menerus mengepulkan asap nun jauh di ujung sana.
Berjalan di kawah ini memang tidak boleh sembarangan kita harus mencari tanah yang kering untuk menjejakkan kaki. Lubang-lubang bekas kawah terdapat dimana-mana. Di beberapa tempat terlihat tanah basah dengan air yang bergolak mendidih. Tanah-tanah ini berbahaya bila dipijak karena sangat rapuh dan mudah longsor. Bau belerang terasa sangat menyengat. Semakin jauh berjalan, baunya terasa semakin kuat dan menusuk hidung. Meskipun baunya sangat menyengat, namun uap yang mengandung belerang ini dipercaya berkhasiat untuk menghaluskan kulit dan menghilangkan jerawat.
Sebuah kolam besar dengan air bercampur lumpur berwarna abu-abu yang terus menggelegak. Ujung kolam tidak terlihat karena pekatnya asap putih yang mengepul. Konon air dan lumpur ini memiliki suhu 98 derajat celcius, dan bahkan mungkin lebih. Pagar bambu dibangun mengelilingi kawah demi keselamatan para pengunjung. Di tempat tersebut kita juga dapat merebus telur yang dapat dibeli dari jajakan para pedagang.
Kawah Sikidang memiliki dapur magma di dalam perut bumi di bawahnya. Dapur magma ini menghasilkan panas dan energi dengan tekanan yang sangat kuat. Apabila tekanan ini mencapai puncaknya, maka akan terjadi letusan dan terbentuk sebuah kawah baru. Nama Sikidang diambil dari kata “kidang” yang berarti kijang. Keunikan kawah ini adalah kawah utamanya yang selalu berpindah, seolah meloncat mencari tempat baru.

Candi Arjuna
(4 Februari 2014)



Candi Arjuna adalah sebuah bangunan candi Hindu yang terletak di Daratan Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Candi Arjuna merupakan salah satu bangunan candi di Kompleks Candi Arjuna, Dieng. Di kompleks ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi Arjuna terletak paling utara dari deretan percandian di kompleks tersebut. Sementara itu, Candi Semar adalah candi perwara atau pelengkap dari Candi Arjuna. Kedua bangunan candi ini saling berhadapan. Seperti umumnya candi-candi di Dieng, masyarakat memberikan nama tokoh pewayangan Mahabarata sebagai nama candi. 
Candi Arjuna berukuran 6 x 6 m dan menghadap ke arah barat. Pada pintu masuk dan relung-relungnya dihiasi kala makara. Atap candi berjenjang dengan menara-menara kecil di setiap sudut. Ditemukannya prasasti berangka tahun 731 Caka (809 M) di dekat Candi Arjuna dapat menjadi petunjuk pembangunan candi sekitar awal abad IX M. 

Pantai Glagah Indah 
(14 Oktober 2014)
 

Diakhir masa kuliahku ini Pantai Glagah adalah salah satu tujuan, pantai yang menawarkan wisata pantai yang lengkap, mulai pemandangan laguna yang indah, fasilitas biking, pemecah ombak dan motorcross hingga agrowisata pantai. Kali ini saya dan ketiga teman saya sengaja berkunjung ke Pantai Glagah untuk menanti waktu kuliah tiba.
Sebuah dataran pantai yang lapang akan segera menyapa jika berkunjung ke Pantai Glagah. Merentang pandangan ke depan agar bisa melihat garis horizon panjang yang mempertemukan langit dan lautan. Sementara keindahan kelokan garis pantai akan memanjakan mata bila mengalihkan pandangan ke barat atau timur. Dataran pantai yang lapang dan garis pantai yang panjang juga memberikan bebrapa lokasi alternatif untuk melihat keindahan pemandangan pantai. Masing-masing lokasi seolah-olah memiliki nuansa yang berbeda walau masih terletak dalam satu kawasan. Di setiap lokasi itu, bisa menikmati seluruh keindahan pantai dengan leluasa, sama sekali tak ada karang-karang raksasa yang kadang menghalangi pandangan mata.
Selain pemandangan pantai yang indah, Pantai Glagah juga memiliki beragam fasilitas wisata pantai. Salah satu adalah area motor cross yang terletak persis di pinggir pantai dengan luas yang cukup besar, memberi kepuasan bagi anda penggemar olahraga ini. Sementara itu, jalan beraspal yang menghubungkan pantai Glagah dengan pantai-pantai lain seperti Pantai Congot di sebelah barat Pantai Glagah yang bisa dimanfaatkan sebagai arena olah raga sepeda pantai.
Kita bisa menikmati fasilitas agrowisata pantai dengan mengunjungi perkebunan Kusumo Wanadri. Di sana, anda bisa mengamati proses budidaya beragam tanaman obat mujarab, seperti buah naga dan bunga roselle. Selain itu juga bisa menyewa gethek, kano dan bebek dayung yang bisa digunakan untuk tur menyusuri laguna atau sekedar menyeberang lewat jembatan kayu menuju lokasi gundukan pasir di tepi pantai.
Di sepanjang jalan masuk ke pantai terdapat beberapa pedagang menjajakan dagangannya mulai dari pakaian pantai, buah-buahan, makanan kecil juga berbagai aksesoris saat bermain di pantai. Tak perlu kawatir dengan makanan karena di tempat tersebut telah banyak kedai-kedai makanan yang tek hanya menjajakan makanan khas laut, tapi juga makanan darat juga disediakan seperti pecel, mie, juga bakso.
Untuk menikmati keseluruhan keindahan pemandangan pantai Glagah, bisa melaju melintasi dua alternatif jalan. Pertama, berjalan ke selatan melewati jalan Bantul dan berbelok ke kanan menuju jalur Bantul - Purworejo setelah sampai di Palbapang. Kedua, berjalan ke barat melewati lintasan jalan Yogyakarta - Wates - Purworejo dan berbelok ke kiri setelah menjumpai plang menuju Pantai Glagah.

Curug Kalimeneng
(11 November 2014)


Tempat yang aku kunjungi berikutnya adalah Curug Kalimeneng di  Desa Kalimeneng, Kemiri, Purworejo. Lokasi curug ini memang sulit untuk dijangkau karena curug tersebut terletak di tengah perkebunan milik warga yang kurang terawat. Untuk menuju curug tersebut dari pusat kota Purworejo kita menempuh jarak sekitar 18 km.

Saat kami menuju curug tersebut, kami menggunakan sepeda motor dari pusat kota Purworejo melalui jalan sebelah utara pasar Suronegaran ke arah barat hingga sampai di pasar Kemiri. Sesampainya di pasar Kemiri kami memilih jalan ke arah kanan. Di tepian jalan kita terus disuguhkan dengan sungai kecil di sisi kiri. Tak ada plang atau apapun yang menandakan jalan menuju Curug kalimeneng, untung saja salah satu dari teman kami adalah penduduk asli desa tersebut. Jalan masuk yang ku inggat adalah masjid dengan dua arah setapak.
Walaupun kami sedikit nyasar dipintu utama tapi akhirnya kami sampai juga di jalan utama menuju curug setelah melewati sungai yang lebarnya sekitar 18 meter dengan jembatan beton yang hanya mampu dilalui oleh sepeda motor. Setelah menyebrang kita akan melalui jalan setepak di pinggir rumah dan harus menyebrang kali terusan dari curug tersebut dengan jalan setapak yang kadang menanjak tajam. Sepeda motor dapat dititipkan pada warga setempat dengan membayar Rp 2.000,00.
Perjalanan di mulai, pemandangan pegunungan menawan menyambut kedatangan kami. Jalanan tanah ditemani ilalang dan pepohonan jati dna sejenisnya menemani perjalanan kami hingga kami menemukan sungai berbatu besar yang cukup menghalangi perjalanan kami untuk sampai ke tempat tujuan. Daaann....subhanallah... pemandangan bebatuan yang sangat menakjubkan menjadi diding sungai, tempat yang begitu alami karena saat kami tiba di tempat tersebut tak ada seorangpun yang menikmati pemandangan wisata alam tersebut. Sayangnya curug ini hanya mengalir kala musim hujan, jika musim kemarau air yang memancar hanya sedikit. Dinding sungai yang licin dan tanah pijakan yang licin mengharuskan kita untuk terus berhati – hati karena tempat jatuhnya air tersebut cukup dalam dan tidak ada pagar yang membatasi. Lokasi yang sempit, lembab dan licin tak mengurngkan kami untuk terus mengambil gambar, mungkin karena kami terlalu tersihir oleh kealamian dan keindahan tempat tersebut.

Semoga apa yang aku ungkapkan dapat menginspirasi teman-teman dalam mengisi dan membuang penat saat bosan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar